SITARO – Desa Lehi, yang terletak di Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Kepulauan Sitaro, dikenal sebagai salah satu desa pesisir dengan pesona alam yang asri. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Namun, di balik kesederhanaan hidup masyarakatnya, tersimpan kisah menarik tentang asal-usul nama desa tersebut.
Kapitalau Desa Lehi, Novito Tatengkeng, mengungkapkan bahwa nama “Lehi” berasal dari bahasa daerah yang berarti kenari, merujuk pada pohon kenari (Canarium indicum) yang banyak tumbuh di wilayah tersebut.
“Dulu tempat ini masih berupa hutan belantara di kaki Gunung Karangetang, tapi ada tiga pohon kenari raksasa yang tumbuh dekat pantai, tepatnya di sekitar area yang kini dikenal sebagai objek wisata Air Panas Lehi,” tutur Novito, Senin (04/08/2025).
Ketiga pohon kenari tersebut menjadi ikon alami di masa lalu. Rindangnya daun dan kokohnya batang pohon membuatnya jadi tempat persinggahan favorit warga yang melintas. Tak hanya warga lokal, tetapi juga para pelaut dari Sangihe hingga Manado kerap berlabuh untuk beristirahat di bawah keteduhan pohon kenari tersebut.
“Mereka selalu menyebut lokasi itu sebagai ‘Lehi’, dan dari kebiasaan itulah nama Lehi mulai dikenal dan digunakan oleh masyarakat,” tambah Novito.
Lebih dari sekadar penamaan, pohon kenari menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Lehi. Hingga kini, kenari tetap ditanam dan dimanfaatkan. Buahnya yang kaya nutrisi digunakan untuk konsumsi sehari-hari maupun bahan baku pembuatan kue khas. Bahkan, isi kenari kini menjadi komoditas dagang yang dijual hingga ke luar daerah.
“Isi buah kenari dijual dan banyak diminati. Ini juga menjadi bagian dari potensi ekonomi desa,” terang Kapitalau.
Dalam catatan sejarah pemerintahan lokal, Desa Lehi dulunya merupakan bagian dari Desa Kalumpang, yang berpusat di Ondong. Baru pada tahun 1914, wilayah ini resmi dimekarkan dan ditetapkan sebagai desa mandiri dengan nama Desa Lehi. Kepala kampung pertamanya adalah A Patonting.
Letak geografis Desa Lehi pun cukup strategis. Desa ini berada di antara Desa Pehe dan Mini, dengan jarak sekitar dua kilometer dari Kota Ondong, ibu kota Kabupaten Sitaro.
Kisah asal-usul Desa Lehi menunjukkan betapa eratnya hubungan masyarakat Sitaro dengan alam dan tradisi. Dalam bayang-bayang Gunung Karangetang yang megah dan pesisir yang tenang, kenari tumbuh sebagai simbol kehangatan, keramahtamahan, dan warisan budaya lokal yang tak lekang oleh waktu. (Styven)