Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Sitaro 2025-2030 - Chyntia Kalangit dan Heronimus Makainas
TEKNOLOGI

CATL Resmikan Investasi Raksasa di Indonesia. Menuju Pusat Produksi Baterai EV Dunia

×

CATL Resmikan Investasi Raksasa di Indonesia. Menuju Pusat Produksi Baterai EV Dunia

Sebarkan artikel ini
CATL resmikan investasi raksasa di indonesia.

TEKNOLOGI – Indonesia semakin memantapkan langkahnya sebagai pemain kunci di industri kendaraan listrik (EV) global. Perusahaan baterai terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) asal China, resmi meresmikan investasi senilai Rp60 triliun (sekitar USD 4 miliar) untuk membangun fasilitas produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Langkah ini dipandang sebagai titik balik dalam transformasi industri otomotif nasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi baterai berbasis nikel terbesar di dunia.

BUPATI KEPULAUAN SITARO
Banner Promosi Sitaro Masadada
CHYNTIA INGRID KALANGIT, S.KM

Proyek Strategis Nasional

Proyek CATL di Indonesia merupakan bagian dari National Strategic Project (Proyek Strategis Nasional/PSN) yang digarap bersama konsorsium BUMN, termasuk PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Lokasi utama pabrik akan dibangun di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang dekat dengan sumber nikel laterit—bahan baku utama katoda baterai lithium-ion. Pabrik ini dijadwalkan mulai beroperasi pada 2027 dengan kapasitas produksi awal 150 GWh per tahun.

Rantai Pasok Terintegrasi

Salah satu keunggulan proyek ini adalah rantai pasok yang sepenuhnya terintegrasi, mulai dari penambangan nikel, pengolahan bahan baku, produksi komponen baterai, hingga daur ulang.

Menurut pernyataan resmi CATL, integrasi ini akan:

  • Mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dari negara lain.

  • Menekan biaya produksi.

  • Mempercepat proses inovasi teknologi baterai.

Dampak Ekonomi

Kementerian Perindustrian memproyeksikan bahwa investasi ini akan menciptakan 7.500 lapangan kerja langsung dan puluhan ribu lapangan kerja tidak langsung di sektor pendukung seperti logistik, transportasi, dan manufaktur komponen.

Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, menyebut ini sebagai “lompatan sejarah”:

“Kita tidak lagi hanya menjadi pengekspor bahan mentah. Dengan adanya pabrik ini, Indonesia naik kelas menjadi produsen teknologi energi masa depan.”

Posisi Indonesia di Peta Global EV

Indonesia saat ini menguasai 22% cadangan nikel dunia, menjadikannya salah satu pemain paling strategis dalam pasokan baterai EV. Dengan proyek CATL ini, Indonesia berpeluang menjadi hub produksi baterai terbesar di Asia Tenggara.

Hal ini juga memperkuat daya tarik Indonesia bagi produsen EV global seperti Tesla, BYD, dan Hyundai, yang membutuhkan pasokan baterai stabil dengan biaya kompetitif.

Tantangan Lingkungan

Meski investasi ini disambut positif, sejumlah organisasi lingkungan mengingatkan akan risiko ekologis yang muncul dari pertambangan nikel berskala besar.

Greenpeace Indonesia, misalnya, menekankan pentingnya transparansi dan praktik penambangan berkelanjutan untuk menghindari kerusakan hutan dan pencemaran laut.

CATL mengklaim akan menerapkan teknologi low-carbon dalam proses produksi dan memanfaatkan sistem daur ulang baterai untuk meminimalkan limbah. Namun, pengawasan ketat dari pemerintah dan masyarakat sipil tetap menjadi kunci.

Inovasi Teknologi Baterai

Salah satu agenda utama CATL di Indonesia adalah mengembangkan baterai generasi baru, termasuk:

  • Sodium-ion battery yang lebih ramah lingkungan.

  • Solid-state battery dengan kepadatan energi lebih tinggi.

  • Teknologi fast-charging yang mampu mengisi 80% daya hanya dalam 10 menit.

Jika teknologi ini berhasil diproduksi massal di Indonesia, negara ini akan menjadi pusat inovasi, bukan sekadar lokasi produksi.

Dampak ke Industri Otomotif Nasional

Industri otomotif dalam negeri, seperti Wuling, Hyundai, dan DFSK, diprediksi akan menjadi pihak pertama yang merasakan manfaat dari produksi baterai domestik.
Dengan biaya logistik yang lebih rendah dan pasokan stabil, harga kendaraan listrik di Indonesia bisa lebih kompetitif, bahkan mungkin menembus harga di bawah Rp300 juta untuk model entry-level.

Peluang Ekspor

Selain memenuhi kebutuhan domestik, pabrik CATL di Indonesia juga ditargetkan untuk mengekspor baterai ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Dengan kebijakan bebas bea untuk negara-negara ASEAN, Indonesia berpotensi menguasai pangsa pasar baterai di kawasan ini.

Sinergi dengan Kebijakan Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menargetkan 2 juta unit kendaraan listrik beroperasi pada 2030.
Untuk mendukung target ini, pemerintah memberikan berbagai insentif, termasuk:

  • Potongan PPN untuk pembelian kendaraan listrik.

  • Subsidi langsung bagi pembeli motor listrik.

  • Dukungan infrastruktur stasiun pengisian daya (SPKLU).

Investasi CATL menjadi salah satu pilar utama dalam merealisasikan target tersebut.

Kesimpulan

Masuknya investasi CATL bukan hanya soal angka triliunan rupiah, tapi juga simbol pergeseran posisi Indonesia di rantai pasok global.
Dari sekadar pengekspor nikel mentah, kini Indonesia siap menjadi pusat inovasi dan produksi baterai EV dunia.
Namun, keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan transfer teknologi.

Seperti yang dikatakan seorang analis energi dari BloombergNEF, “Indonesia punya kesempatan emas untuk memimpin revolusi EV global—jika dimainkan dengan bijak.”(*)

© 2025 Sitaro Masadada. All rights reserved.