Di balik keelokan alam Kepulauan Sitaro yang memukau, tersimpan kekayaan tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun: minyak pala. Produk alami ini bukan sekadar komoditas perdagangan, tetapi juga bagian dari budaya dan kearifan lokal yang telah lama dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh dan jiwa.
Aroma yang Menenangkan, Khasiat yang Tak Terbantahkan
Warga lokal menyebut minyak pala sebagai “emas cair” karena manfaatnya yang luar biasa. Minyak ini dihasilkan dari penyulingan biji dan fuli (selaput biji) buah pala yang tumbuh subur di tanah vulkanik Sitaro.
Aroma khasnya yang hangat dan menenangkan sudah sejak lama digunakan sebagai terapi untuk mengatasi stres, insomnia, hingga pegal-pegal.
Orang tua di kampung-kampung sering mengoleskan minyak pala ke tubuh anak-anak saat masuk angin atau demam. Sementara para petani dan nelayan mengandalkannya untuk meredakan nyeri otot setelah seharian bekerja. Cara penggunaannya pun sederhana dioles, dipijat, atau dicampur dalam air hangat untuk mandi.
Ramuan Tradisional yang Tetap Relevan
Meski zaman telah berubah dan berbagai produk modern bermunculan, minyak pala tetap mendapat tempat di hati masyarakat. Bahkan, kini banyak anak muda Sitaro yang mulai melirik kembali potensi minyak pala sebagai produk unggulan daerah. Mereka mengemasnya dalam botol-botol modern, tanpa menghilangkan sentuhan tradisional dalam pembuatannya.
“Ini bukan hanya soal bisnis,” ujar Ibu Maria, seorang pengrajin minyak pala dari Siau. “Ini tentang menjaga warisan orang tua kita. Minyak pala bukan sekadar obat, tapi bagian dari identitas kita sebagai orang Sitaro.”
Potensi untuk Dunia Kesehatan Modern
Seiring meningkatnya minat masyarakat global terhadap terapi alami, minyak pala Sitaro mulai dilirik sebagai bahan aromaterapi dan pengobatan alternatif. Kandungan senyawa aktif seperti myristicin, safrole, dan eugenol terbukti memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba.
Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan bahwa minyak pala bisa membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
Tak heran jika para pelaku UMKM lokal kini mulai menjalin kerja sama dengan apotek herbal dan toko kesehatan alami di kota-kota besar. Produk lokal yang dulu hanya dijual di pasar tradisional, kini mulai menembus pasar daring dan bahkan berpotensi untuk ekspor.
Menjaga, Melestarikan, dan Mengembangkan
Pemerintah daerah bersama komunitas masyarakat adat kini gencar mengkampanyekan pelestarian pohon pala dan pengembangan produk turunannya.
Dengan tetap menjaga metode penyulingan tradisional yang ramah lingkungan, Sitaro perlahan membuktikan bahwa warisan leluhur bisa menjadi kekuatan ekonomi sekaligus penyumbang kesehatan masyarakat.
Lebih dari sekadar minyak, pala Sitaro adalah simbol kehangatan, perawatan, dan cinta dari alam untuk manusia. Di setiap tetesnya, tersimpan sejarah, kerja keras, dan harapan agar budaya lokal terus hidup dan memberi manfaat luas bagi generasi kini dan mendatang.(*)