Pulau Biaro adalah destinasi eksotis yang terletak di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara. Meski belum banyak dikenal luas, pulau ini menyimpan pesona alam dan sejarah budaya yang luar biasa. Perjalanan ke Pulau Biaro bukan hanya sekadar wisata, tetapi juga petualangan yang penuh cerita.
Perjalanan Menuju Pulau Biaro
Pada Januari 2023, tim redaksi memulai ekspedisi dari Pelabuhan Ulu Siau menggunakan kapal penyeberangan KMP Lohoraung. Jarak tempuh sekitar 55 mil laut menuju Pulau Biaro menghadirkan pengalaman mengarungi lautan dalam gelap malam. Cuaca saat itu tidak bersahabat—langit mendung, hujan deras, dan kilatan petir mengiringi perjalanan.
Tepat pukul 23.00 WITA, kapal mulai berlayar dengan doa dan harapan dari seluruh penumpang agar tiba dengan selamat. Sepanjang malam, kapal sempat singgah di dua pelabuhan. Ketika fajar menyingsing pada pukul 08.00 WITA, siluet Pulau Biaro mulai tampak jelas dari kejauhan, memancarkan harapan dan keindahan.
Mengenal Pulau Biaro
Dengan luas wilayah sekitar 65 kilometer persegi, Pulau Biaro dihuni oleh sekitar 3.547 jiwa yang tersebar di lima desa. Pulau ini termasuk dalam salah satu dari 10 kecamatan di Kepulauan Sitaro, wilayah yang dikenal sebagai “Kepulauan 47 Pulau”.
Dua pelabuhan utama—yakni pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan umum—menjadi jalur vital penghubung antarwilayah, terutama dalam mendukung mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat.
Asal Usul Nama Pulau Biaro
Nama Biaro memiliki sejarah yang kaya. Kata ini diyakini berasal dari kombinasi “Biak” dan “Tapiaro”, jenis kerang laut yang banyak ditemukan di sekitar wilayah pulau.
Dalam bahasa daerah, Biaro disebut “Wiaho”, yang berarti “Niaho” atau “pulau yang direbut” dari kekuasaan Kerajaan Mindanao, Filipina, pada abad ke-16. Sementara dalam bahasa lokal Shashara, pulau ini dikenal sebagai Korlo-Korlo, yang berarti “pulau tanpa pepohonan”.
Makna Unik di Balik Lima Nama Desa di Pulau Biaro
Pulau Biaro memiliki lima desa dengan nama-nama yang sarat sejarah dan filosofi:
1. Lamanggo
Berasal dari kata Ni Wanggohi (bahasa Tagulandang), yang berarti sesuatu yang dibuang atau dibanting. Nama ini dikaitkan dengan kisah seorang putri kerajaan yang melempar alat makan karena marah. Nama ini juga terinspirasi dari jenis belalang hutan yang banyak ditemukan di wilayah tanjung pulau.
2. Karungo
Nama ini berasal dari kata Korongonge, artinya “yang paling dekat”. Sebutan ini sering digunakan oleh warga Tagulandang saat menyebut desa yang paling mudah diakses saat menyeberang ke Biaro dari arah selatan.
3. Dalisaheng
Diambil dari nama Linsaha, leluhur pemberani yang diyakini memiliki kekuatan gaib untuk melindungi pulau dari ancaman bajak laut dari Mindanao.
4. Tope
Nama Tope berasal dari kata Manope, yang berarti “tempat bersembunyi”. Wilayah ini dulu menjadi lokasi persembunyian warga saat terjadi serangan, berkat hutan bakau yang lebat.
5. Buang
Nama Buang berasal dari kata Pumbawuang, yang berarti “tempat pengamatan”. Desa ini dulu digunakan untuk mengintai bajak laut dan memantau arah angin oleh para nelayan lokal.
Surga Laut Pulau Biaro
Pulau Biaro merupakan destinasi idaman para penyelam dan pencinta snorkeling. Air laut yang jernih dan tenang menyimpan kekayaan ekosistem bawah laut, seperti terumbu karang berwarna-warni, ikan tropis, dan biota laut unik. Bahkan, Anda bisa melihat anak-anak hiu berenang di kedalaman 2–3 meter—pengalaman langka yang aman dinikmati selama tidak ada darah atau luka terbuka.
Pulau ini juga dikenal sebagai “Pulau Ikan”, karena melimpahnya hasil tangkapan laut. Bahkan, Pulau Biaro pernah menjadi lokasi penangkaran mutiara, menambah nilai ekonomi dan daya tarik wisata.
Kesimpulan
Pulau Biaro bukan hanya destinasi wisata biasa. Ia adalah permata tersembunyi Sulawesi Utara, yang menggabungkan pesona alam, sejarah budaya, dan kisah lokal yang menarik. Bagi siapa pun yang ingin menikmati keindahan alam laut Indonesia yang masih alami, Pulau Biaro adalah jawabannya.
Dengan keanekaragaman hayati, cerita leluhur, dan kekayaan budaya, Pulau Biaro pantas menjadi bagian dari daftar perjalanan Anda. Mari lestarikan dan promosikan Pulau Biaro sebagai destinasi wisata berkelanjutan untuk generasi mendatang.(*)