Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Sitaro 2025-2030 - Chyntia Kalangit dan Heronimus Makainas
SOSIAL BUDAYA

Tangisan Bocah Jadi Nama Desa, Legenda Asal-Usul Kiawang di Sitaro

×

Tangisan Bocah Jadi Nama Desa, Legenda Asal-Usul Kiawang di Sitaro

Sebarkan artikel ini
Sejarah Kampung Kiawang.

SITARO — Setiap nama tempat memiliki kisah di baliknya. Di tanah kepulauan yang kaya akan sejarah dan budaya seperti Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), tak sedikit nama desa yang lahir dari legenda turun-temurun. Salah satunya adalah Desa Kiawang, yang terletak di Kecamatan Siau Barat Utara.

Menurut penuturan Kapitalau (Kepala Desa) Kiawang, Lolyta Linda Humapi, nama Kiawang bukan berasal dari sembarang kata. Ia berasal dari kisah rakyat yang hingga kini masih diyakini oleh masyarakat setempat. Cerita itu berawal dari para leluhur desa yang tengah mencari nama untuk tempat yang mereka tempati.

BUPATI KEPULAUAN SITARO
Banner Promosi Sitaro Masadada
CHYNTIA INGRID KALANGIT, S.KM

“Dari berembuk, mereka bingung karena tidak ada kata sepakat untuk nama yang ideal,” kata Lolyta saat ditemui wartawan Sitaro Masadada.

Ketika kebingungan mencapai puncaknya, sebuah suara tangisan bocah memecah keheningan. Para leluhur yang mendengar tangisan itu segera mendekati anak tersebut dan bertanya kenapa ia menangis.

“Jawaban bocah kala itu, ia menangis karena meminta uang. Dari situ, para leluhur seakan mendapat ilham,” ujar Lolyta.

Dalam bahasa daerah, kata “Kia” berarti menangis dan “Wang” berarti uang. Kedua kata itu lalu digabungkan menjadi Kiawang. Nama ini pun melekat hingga kini, menjadi identitas desa kecil yang diapit oleh Desa Hiung dan Desa Kawahang, sekitar 8 kilometer dari Kota Ondong, ibu kota Sitaro.

Nama Kiawang mulai digunakan secara resmi sekitar tahun 1900, saat sudah ada sistem pemerintahan desa pertama yang dipimpin oleh Yan Kamukanora. Kemudian pada tahun 1959, Desa Kiawang didefinitifkan dengan kapitalau Lodrik Kahimpong, memperkuat status administratif desa tersebut dalam struktur pemerintahan Kabupaten Sitaro.

Hingga kini, Kapitalau Lolyta Linda Humapi merupakan pemimpin ke-17 yang memegang tampuk kepemimpinan Desa Kiawang.

Dengan jumlah penduduk sekitar 612 jiwa, Desa Kiawang tetap mempertahankan nuansa lokal dan kekeluargaan yang erat. Sebagian besar warganya menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perikanan, dua sektor utama yang menjadi tumpuan ekonomi desa pesisir.

“Warga Kiawang menganut agama Kristen Protestan dan hidup rukun dalam komunitas yang sederhana namun penuh semangat gotong royong,” tambah Lolyta.

Meski jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, Desa Kiawang menawarkan pesona tersendiri bagi siapa saja yang tertarik menjelajahi akar budaya dan kisah rakyat yang hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Sitaro. (Styven)

© 2025 Sitaro Masadada. All rights reserved.